Toko

Senin, 30 Agustus 2010

Kegagalan Batu Loncatan

Semua orang pasti akan menyambut datangnya sukses dengan tangan
terbuka. Sebaliknya, banyak orang akan berusaha agar tidak mengalami
kegagalan. Kenyataannya, sukses dan gagal merupakan "satu paket" yang
tidak bisa dipisahkan. Lalu, mengapa kita harus takut pada kegagalan?
Yang perlu kita ketahui adalah apa yang harus kita lakukan ketika
kegagalan datang. Simak yang berikut.

Jika kita sadar bahwa kegagalan itu merupakan bagian dari sukses dan
kegagalan merupakan guru yang terbaik, maka kita tidak akan takut
ketika kegagalan datang.

Kegagalan merupakan bagian dari sukses
Di balik manisnya kesuksesan ada setumpuk kegagalan. Seorang bayi,
ketika belajar berbicara, harus melewati "kegagalan" dalam
mengucapkan huruf, kata, dan kalimat. Sebelum seorang anak bisa
berjalan, bahkan berlari, pasti mengalami jatuh berkali-kali.
Kegagalan juga dialami oleh orang dewasa. Tanyakan saja kepada para
ilmuwan. Sebelum mereka berhasil mempersembahkan karya ilmiah yang
gemilang, mereka banyak mengalami kegagalan (puluhan, bahkan ratusan
kegagalan) dalam percobaan dan riset yang mereka lakukan.
Sebelum Thomas Alva Edison menemukan bola lampu yang berhasil
merevolusi kehidupan manusia, ia melakukan banyak kesalahan dan
mengalami ratusan percobaan yang gagal. Bahkan dari ratusan percobaan
tersebut, hanya satu yang berhasil membawa sukses: penemuan bola
lampu. Demikian juga dengan olahragawan, sebelum mereka berhasil
membukukan sukses, mereka juga harus melewati jalan yang sama:
kegagalan.

Lance Armstrong, pebalap sepeda dunia yang telah berhasil memenangkan
berbagai kejuaran dunia balap sepeda, dia juga mengalami banyak
kegagalan. Ia harus mengalami jatuh bangun dalam ratusan kali latihan
yang ia jalani dalam mempersiapkan diri sebelum ikut suatu
pertandingan.

Hal yang sama juga dialami oleh para pebisnis sukses. Mereka bahkan
memasukkan kegagalan dalam rencana sukses mereka. Kegagalan mereka
antisipasi dalam perjalanan meraih sukses, sehingga mereka pun bisa
mempersiapkan diri dengan baik untuk melewati jalan yang penuh
kesulitan.Ketika jalan itu berhasil mereka lalui, mereka mengambil
pelajarannya dan terus melaju meraih yang mereka cita-citakan.

Kegagalan merupakan guru yang terbaik
Banyak memang pelajaran yang kita dapat dari kesuksesan. Tapi,
biasanya, pelajaran dari kegagalan akan lebih melekat dan lebih mudah
kita ingat. Santi, yang baru saja mengalami kegagalan dalam tahap
akhir interviu untuk memperoleh pekerjaan yang diidamkannya, sangat
terpukul.

Ia menganalisis lagi tiap langkah yang ia lakukan selama wawancara.
Ternyata, setelah diamati dengan rinci, malam sebelumnya, ia nervous,
sehingga ia hanya tidur sekitar dua jam saja, dan tidak tampil prima
secara fisik ketika harus diwawancara.

Lain lagi dengan Mustafa. Dengan dibekali semangat tinggi, rencana
bisnis yang menurutnya sudah sempurna, serta dibekali uang tabungan
yang berhasil dikumpulkan selama sepuluh tahun bekerja, ia mencoba
memulai usahanya sendiri. Tetapi yang ia lupakan adalah
mengantisipasi "kegagalan" dalam agenda bisnisnya. Akibatnya, ketika
enam bulan pertama ia masih harus mengalami kegagalan ia tidak siap,
sehingga bisnisnya harus gulung tikar.

Setelah mengalami kegagalan yang menyakitkan. Mustafa kembali bangkit
menggalang dukungan dan mengumpulkan dana untuk memulai usaha dari
awal lagi. Kali ini, belajar dari sakitnya kegagalan yang ia alami,
Mustafa memasukkan "kegagalan" dalam rencana bisnisnya, terutama pada
enam bulan sampai satu tahun pertama. Dengan perencanaan yang lebih
matang, akhirnya ia berhasil meraih keuntungan.

Belajar dari Kegagalan
Henry Ford, sang kaisar di kerajaan mobil, mengatakan bahwa kegagalan
merupakan kesempatan untuk memulai kembali dengan cara yang lebih
cerdas. Jadi, ketika kita mengalami kegagalan, janganlah menganggap
bahwa kegagalan itu adalah akhir dari perjalanan hidup kita. Tapi
dengan adanya kegagalan, kita mempunyai kesempatan untuk memulai
kembali dengan lebih bijak.

Melaju dengan kegagalan
Malcolm Forbes, pebisnis sukses, sepertinya juga setuju dengan
pernyataan Henry Ford mengenai kegagalan. Forbes bahkan menegaskan
bahwa kegagalan adalah kesuksesan jika kita mau belajar dari
kegagalan tersebut. Ilustrasi berikut yang didapat penulis dari
sebuah email dan juga dikutip oleh Michael Lum Y dalam bukunya No
Failure, Only Success Delayed menarik untuk kita simak bersama: Pada
suatu hari, seorang petani yang sedang berjalan bersama keledainya,
terpaksa menghentikan perjalanannya karena sang keledai jatuh ke
dalam sumur.

Setelah melihat sumur tua yang sudah tak terpakai, sang petani
berpikir bahwa sumur ini sudah tidak ada gunanya. Kemudian ia melihat
ke dalam sumur. Di dasar sumur terlihat keledai tuanya yang terjatuh.
Karena menganggap bahwa sumur dan keledai tak ada gunanya, lalu sang
petani mulai memanggil beberapa teman untuk mengubur keledai dan
menutup sumur tua tersebut. Sedikit demi sedikit tanah pun mulai
diuruk. Sang keledai merasa sedih karena merasa tidak dihargai oleh
tuannya. Tapi ia tidak putus asa. Tanah yang jatuh dipundaknya,
digoncangnya, sehingga tanah jatuh ke bawah. Lalu sang keledai naik
ke atas tanah tersebut. Demikian seterusnya, sang keledai naik terus.
Makin banyak tanah yang dilemparkan, makin dekat sang keledai ke
permukaan, sampai akhirnya sampailah keledai ke permukaan sumur dan
berhasil loncat ke luar.

Menurut Michael Lum, kegagalan adalah tanah urukan yang berkali-kali
harus kita pikul. Tetapi, jika kita bisa memanfaatkan kegagalan
dengan baik, maka kegagalan bahkan bisa kita jadikan senjata untuk
meraih kemenangan.

Belajar dan berubah dengan kegagalan
Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Kegagalan adalah awal dari
suatu perubahan. Dengan kegagalan dalam perekonomian, khususnya di
bidang perbankan, Indonesia belajar untuk memperbaiki sistem
perekonomian dan perbankan yang ternyata memang sudah bobrok.
Beberapa bank mengalami perombakan dan perubahan ke arah perbaikan.
Beberapa perusahaan negara dan juga swasta dilebur, direstrukturisasi
untuk mengalami perbaikan kinerja.

Jepang dan Jerman yang mengalami kekalahan dan kegagalan dalam Perang
Dunia yang lalu, belajar dari kepedihan yang mereka alami. Kedua
negara ini kemudian melakukan perubahan di semua bidang pembangunan
untuk memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan politik yang hancur.
Dalam beberapa dekade saja, kedua negara ini berhasil menempatkan
diri sebagai negara adidaya yang sukses hampir di semua aspek
pembangunan bangsa.

Bangkit dari Kegagalan
Sekarang kita sudah tahu bahwa kegagalan bukanlah hal yang perlu
ditakutkan. Bahkan banyak hal positif yang bisa kita petik dari
kegagalan. Selanjutnya, yang perlu kita ketahui adalah langkah-
langkah apa yang perlu kita ambil jika kita harus mengalami
kegagalan.

Kesadaran. Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menyadari
bahwa kita sedang mengalami kegagalan. Tanpa kesadaran ini, kita
tidak bisa berlanjut ke langkah perbaikan berikutnya. Biasanya,
banyak tanda-tanda yang menyertai datangnya kegagalan, antara lain,
hasil penilaian kinerja yang buruk, masalah dalam komunikasi
antardepartemen, arus kas yang terhambat, menurunnya keuntungan,
ataupun berkurangnya pelanggan secara drastis dalam kurun waktu
tertentu.

Evaluasi. Setelah kita sadar bahwa kita telah mengalami kegagalan,
langkah selanjutnya adalah mengevaluasi kesalahan apa yang sudah kita
lakukan. Evaluasi bisa dilakukan dengan mengurut kembali langkah-
langkah yang telah kita lakukan sebelumnya, lalu menganalisa
kegagalan yang terjadi.

Kegagalan bisa saja terjadi karena faktor internal: keterampilan dan
pengetahuan yang kurang, fasilitas dan dukungan yang terbatas, sikap
yang negatif, kurang komitmen, atau kurang persiapan. Kesalahan bisa
juga datang dari luar: kondisi perekonomian yang memburuk, peraturan
dan perundang-undangan baru yang tidak mendukung, atau adanya
teknologi baru yang belum kita manfaatkan.

Koreksi dan perubahan. Hasil evaluasi kemudian perlu kita olah agar
bisa kita gunakan untuk mempelajari dan menentukan tindakan koreksi
yang harus dilakukan dan perubahan yang perlu kita ciptakan untuk
membantu kita bangkit dari kegagalan.

Konsolidasi. Setelah tindakan koreksi dan perubahan kita susun,
langkah selanjutnya adalah melakukan konsolidasi. Konsolidasi bisa
kita lakukan ke dalam ataupun ke luar, dan dengan berbagai pihak,
antara lain: atasan, bawahan, rekan sekerja, pelanggan, supplier,
bahkan keluarga dan teman. Konsolidasi ini diperlukan untuk
menggalang dukungan, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan, serta
menyusun strategi sukses.

Perencanaan. Setelah konsolidasi dilakukan, perencanaan yang lebih
matang pun bisa kita siapkan. Dalam perencanaan, jangan lupa untuk
mengantisipasi kendala, kesalahan, dan kegagalan yang mungkin harus
kita alami, atau bahkan yang harus kita ciptakan untuk kita jadikan
batu loncatan guna meraih sukses (seperti sang keledai yang
menggunakan tanah yang dilemparkan ke pundaknya untuk melangkah maju
dan keluar dari mulut sumur).

Aksi. Perencanaan yang telah disusun harus segera diimplementasikan.
Perencanaan tanpa pelaksanaan tak ada nilai tambahnya. Jadi, setelah
semuanya disusun dengan baik, langkah selanjutnya adalah
melaksanakannya, yaitu melakukan aksi, setelah itu barulah kita bisa
memetik hasilnya.

Soichiro Honda, Thomas Edison, Rupert Murdock, Albert Einstein adalah
orang-orang yang meraih sukses di bidang masing-masing melalui
berbagai kegagalan. Mereka sudah membuktikan bahwa kegagalan berada
dalam satu paket dengan kesuksesan. Mereka juga telah banyak
memperoleh manfaat dari serangkaian kegagalan yang mereka alami.
Jadi, jika kegagalan datang, kita tidak perlu patah semangat,
pastikan bahwa kita memetik manfaat dari kegagalan dan menggunakannya
sebagai batu loncatan untuk meraih sukses.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar