Toko

Senin, 30 Agustus 2010

Jangan Benci Aku Mama

Aku adalah seorang Ibu yang sangat terkutuk. Aku pernah melahirkan seorang anak laki-laki yang bisa dibilang tampan, tetapi kelihatan agak bodoh. Kami menamainya Pieter. Makin lama semakin kelihatan bahwa Pieter agak terbelakang. Aku bermaksud menyerahkan anakku Pieter kepada orang lain untuk dijadikan budak, tetapi suamiku melarangnya, oleh karena itulah kami tetap membesarkan dia.

Pada tahun kedua setelah kelahiran Pieter, kami dikaruniai anak perempuan yang cantik dan kami menamainya Cindy. Kami memberi perhatian yang lebih kepada Cindy dan selalu mengajaknya kemanapun kami pergi. Kami membelikannya banyak pakaian yang indah-indah, sedangkan Pieter hanya memiliki beberapa potong pakaian usang. Setiap kali suamiku berniat membelikannya, aku selalu melarangnya dengan alasan penghematan.

Di saat Pieter berusia 4tahun dan Cindy 2tahun, suamiku meninggal. Karena kesulitan ekonomi dan hutang banyak, aku melakukan suatu tindakan yang membuatku menyesal seumur hidup. Aku menjual rumah kami dan pergi meninggalkan kampungku dengan meninggalkan Pieter yang tertidur lelap digubuk tua dimana kami tinggal yang telah aku jual.

Kejadian itu sudah 10tahun berlalu. Aku kini telah menikah lagi dengan seorang pendeta di salah satu gereja dan anakku Cindy telah berusia 12tahun. Pieter telah dilupakan, tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam aku bermimpi didatangi seorang anak berwajah pucat. Ia memandang aku dan sambil tersenyum ia bertanya, "Tante kenal mamaku? Aku cangat merindukannya." Anak itu pun pergi, namun aku memanggilnya,"Sepertinya aku mengenalmu, siapa namamu?" tanyaku kepadanya. "Namaku Pieter, tante." Aku tersentak. Dia adalah anakku Pieter yang sudah kulupakan.

Rasa bersalah memenuhi hatiku. Terbayang kembali kejadian sepuluh tahun lalu ketika aku pergi meninggalkannya sendirian. Aku sangat tertekan dan hampir bunuh diri karena penyesalanku. Aku memutuskan untuk menjemput anakku Pieter. Sore itu aku memarkir mobilku di depan gubuk tua. Aku melihat kedalam gubuk yang gelap itu tetapi aku tidak menemukan siapa pun di sana selain sepotong kain kumal yang tergeletak di tanah. Aku tahu itu bekas baju Pieter dulu. Aku pergi dengan berlinang air mata. Ketika hendak memasuki mobilku, seorang nenek tua muncul dan bertanya, "Siapa kamu dan apa maksudmu masuk kegubuk ini?" Aku memberanikan diri bertanya, "Ibu kenal dengan seorang anak bernama Pieter?" "Jika kau Ibunya, kau adalah perempuan terkutuk,"jawab nenek tua itu. "Tahukah kau bahwa selama sepuluh tahun engkau meninggalkannya, ia terus menunggumu di sini dan memanggil-manggil namamu?Aku tidak tega melihatnya sehingga kadang aku memberinya makan dan mengajaknya tinggal bersamaku. Meskipun aku seorang pemulung, aku tidak akan tega meninggalkan anakku seperti ini. Pieter meninggalkan surat untukmu. Selama bertahun-tahun ia belajar menulis hanya untuk menuliskan ini untukmu." Aku mengambil kertas itu dan membacanya, "Mama....aku tidak tahu mengapa mama meninggalkanku. Kalau mama marah Pieter, biarlah Pieter yang pergi tetapi mama harus janji tidak akan marah lagi pada Pieter. Bye..Mum."

Aku menjerit sejadi-jadinya,"Di mana dia sekarang, tolong antarkan aku kepadanya. Aku berjanji akan mengasihi dia." Dengan lembut nenek tua itu berkata, "Engkau terlambat. Pieter meninggal beberapa hari yang lalu dibelakang gubuk ini dengan tubuh yang sangat kurus. Setiap hari ia menunggumu dibelakang gubuk ini. Ia tidak berani masuk karena takut kalau engkau datang dan melihatnya, engkau akan pergi lagi. Ia berharap dapat melihat mamanya dari belakang gubuk ini dan itu cukup baginya."

Entah berapa banyak anak di dunia ini yang ditolak oleh orang tuanya baik karena kelahiran mereka yang tidak di inginkan, maupun karena mereka memiliki kekurangan atau cacat bawaan. Mereka diabaikan,ditinggalkan dan dilupakan. Tuhan mengasihi dan menerima kita dengan segala "cacat" dan kelemahan dalam diri kita. Bagaimana mungkin kita tidak mengasihi darah daging kita sendiri? Atau sudah tumpulkah hati nurani kita sehingga tidak lagi memiliki kepekaan?

Bagaimanapun keadaaan Anak Anda, yang pasti Anda adalah orang tuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar